Minggu, 09 September 2012

Fanny

Ternyata aku lebih siap menghadapi "kesenangan" daripada "kehilangan", maka lahirlah kesedihan. Aku lupa pada petuah lama bahwa pertemuan memungkinkan lahirnya perpisahan. Demikian pula kehidupan yang memastikan datangnya kematian.
.KP.
Selamat jalan sahabatku,,Fanny Tiffany Febrianty..


Published with Blogger-droid v2.0.9

Rabu, 05 September 2012

Taman Hutan Raya Djuanda

Minggu pagi yang cerah, cuaca yang sangat sangat pas untuk menikmati segarnya udara di daerah yang agak tinggi, daerah yang ditumbuhi berbagai pohon yang rindang. Yapp minggu ini, saya harus rela meninggalkan si crayon sinchan dan doraemon kesayangan saya untuk menepati sebuah janji. Janji kepada anak-anak didik tepatnya. Berawal dari keinginan anak-anak untuk mengadakan buka puasa bersama yang pada akhirnya tidak saya izinkan karena berbagai kekhawatiran yang menerpa. Khawatir mereka mereka melewatkan ibadah taraweh mereka, khawatir mereka pulang terlalu malam, dan berbagai kekhawatiran lainnya yang terus berputar-putar di otak saya. Tanggung jawab yang tidak mudah tentunya mengawasi 40 anak sendirian di malam hari.

Pada akhirnya dengan sedikit bujukan, walaupun masih ada beberapa yang merajuk, acara buka bersama berhasil saya gagalkan, dan diganti dengan sebuah janji untuk botram (makan bersama) setelah liburan lebaran selesai.

Hari pertama masuk kelas, ternyata anak-anak masih ingat dengan janji yang saya berikan waktu itu. Baiklah, janji tentunya harus ditepati. Musyawarah dilakukan. Tawaran saya untuk botram di tempat yang dekat, mudah dijangkau dari sekolah dan tentunya gratis ternyata ditolak mentah-mentah oleh si anak-anak. Membuat saya cukup bingung juga, karena inginnya acara tersebut bisa diikuti oleh seluruh siswa, tanpa biaya yang besar, cukup membawa bekal makanan dan minuman dari rumah, tanpa memerlukan biaya perjalanan karena tempat yang saya usulkan letaknya dekat dan dapat dijangkau dengan berjalan kaki.


Yaah terkadang ada saatnya kita harus mengalah, mereka tetep keukeuh ingin ke tempat makan atau ke tempat lain yang lebih menyenangkan. Berbagai usulan keluar, dan pada akhirnya semua sepakat untuk botram di Taman Hutan Raya Djuanda. Yahh terkadang kita yang lebih dewasa harus sedikit mengalah, bukan untuk memanjakan, tapi untuk menghargai pendapat mereka, 40 lawan satu, Ok. Saya pun mengalah.
Tempat dan waktu berkumpul sudah ditentukan, sebelum pergi saya berkonsultasi dulu dengan guru yang lebih senior, bertanya apakah saya harus meminta izin dulu kepada pihak sekolah, atau mungkin ada prosedur-prosedur lainnya. Dan ternyata beliau menjawab 'tidak perlu' karena itu sudah menjadi hak bagi wali kelas untuk mengadakan acara diluar jam pelajaran. Alhamdulillah,, saya pun menjadi tenang dan sedikit meringankan beban karena gak perlu ribet-ribet minta izin sana sini. Sebernya saya sempat mengajak beberapa guru lainnya untuk menemani membimbing anak-anak, tetapi ternyata semua punya kesibukan masing-masing. Ok.. "No matter, If no one can help, just do it by myself. Be strong, Be brave, Be great of what u are, believe that I can " (I think and I hope on my mind )

Hari minggu tiba..kecewaa..karena ternyata tidak semua anak ikut serta..HUHH..(padahal mereka yang pengen, padahal mereka yang maksa"..ehh,,pada kemana ini anak"?? *gerutu di dalam hati..
Janji adalah janji dan harus ditepati. Ok..perjalanan tetap akan dilanjutkan.

Dengan naik sekali angkot, kita sudah bisa sampai di jalan utama menuju Tahura. Dimulailah perjalanan menggunakan kaki sendiri. Saya yang sudah terbiasa hiking senyum senyum sendiri melihat ekspresi anak-anak yang mulai kelelahan. Ada yang menghibur diri dengan menyanyi, naik-naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekaliiiiiii.. haahahaha..." semangaaat anak-anak, ayoo sebentar lagi sampai" berkali kali saya berkata seperti itu agar anak-anak menjadi semangat lagi.

Akhirnya sampai di gerbang Tahura..lagi-lagi saya harus mengikuti keinginan anak-anak yang terlebih dahulu  ingin bermain di arena bermain. Setelah membayar tiket, tangan kita dicap, jadi bisa balik lagi klo nanti sudah keluar pengen masuk lagi. 







Anak-anak mulai berhamburan, berlari kesana kemari, gelayutan, naik-naik, ada yang main ayunan, dan sebagainya..fiuuuhh...yang penting tetap hati-hati dan kalian senang :D

Setelah bosan bermain, anak-anak mulai kelaparan ternyata. Padahal waktu masih menunjukkan pukul 10.30, dan mereka sudah lapar, acara botram siang diubah menjadi botram pagi nampaknya. Naik ke rumah pohon, lalu membuka bekal masing-masing. Nyamnyamnyam....menu makanan qt cukup bervariasi ternyata..abrakadabraa..dalam sekejap bekal makanan kita ludes, menyisakan misting yang kosong melompong..



Botram selesai, perjalanan pun dilanjutkan..

"Ke Goa Jepang yaaa buu..", pinta anak-anak...yuuu mariii..untung bawa persiapan senter dari rumah..
Masuk ke Goa, anak-anak perempuan mulai menjerit-jerit, memegang erat tangan saya gara-gara ada seorang kakek-kakek iseng di depan kita yang mengeluarkan suara-suara aneh.. Aduhh kek, udah tua kok masih jail aja, ckckck..kami pun bersepakat untuk menjauh dari si kakek dan keluarganya, melakukan petualangan sendiri saja walaupun sebenarnya masih ada pengganggu, seorang guide abal-abal yang memaksa kita mengeluarkan biaya untuk service guide yang sebenarnya tidak terlalu penting, karena penjelasan dia pun hanya selewat-selewat saja..

Keluar dari Goa Jepang kami melanjutkan ke Goa Belanda, di tengah jalan kami bertemu dengan penjual lahang (air hasil sadapan pohon nira). Anak-anak yang belum pernah melihat sebelumnya, mengeluarkan berbagai pertanyaan, "ibu itu apa? asalnya dari mana? bambu itu isinya apa? rasanya gimana? enak gak bu?"








 .
Mereka harus mencoba sendiri sepertinya. Akhirnya kita menghampiri bapak tukang lahang. Begitu dicoba, anak-anak mulai mengeluarkan ekspresi yang sebagian besar terlihat merasa asing dengan rasa air lahang tersebut. "Hueeekkkk..ibuu ini apa sih sebenernya? ko airnya keruh? rasanya aneh..ga mauu ahh bu"
"hahaha, gak boleh gt, itu tukang lahangnya ngeliatin, ayoo habisin, klo gak habis kita gk akan lanjutin perjalanannya"

Akhirnya dengan sedikit terpaksa, mereka mereguk sampai habis semua air lahang tersebut. setelah selesai, saya ajak mereka kembali menghampiri bapak tukang lahang. " Anak-anak tadi pada penasaran kan,  yu tanya sama bapaknya biar lebih jelas dan puas"

Dari hasil wawancara ke  bapak tukang lahang didapat kesimpulan bahwa lahang yang kita minum itu masih berasal dari daerah tersebut, dulu banyak pohon-pohon nira, mencapai hektaran luasnya, tetapi sekarang sudah dibeli oleh pihak asing, sehingga cukup sulit sekarang ini untuk mendapatkan air lahang. Menurut sang bapak, daerah yang masih banyak terdapat pohon nira hanya di Majalaya saja. Satu Bambu yang dipikul oleh sang bapak dapat menyimpan 5 liter air lahang dan per harinya sang bapak dapat menjual hingga 20 liter air lahang (pada hari libur) jika sedang beruntung.

Puas mewawancara penjual lahan perjalanan dilanjutkan ke Goa Belanda, sempat berhenti lagi melihat toko pernak-pernik, sepanjang jalan anak-anak mulai bertanya lagi "ibuu itu pohon apa? ibuu itu bunga apa? ibuu itu buah apa? lucuu yaa bentuknya" saya jawab semampu saya saja karena saya juga tidak hafal semua nama tumbuhan yang ada di tempat ini.


Hari mulai beranjak siang, untunglah banyak pohon rindang sepanjang jalan sehingga kami terlindung dari teriknya matahari. Anak-anak mulai berceloteh lagi, "seandainya semua jalan di Bandung seperti ini pasti asyikk yaa bu, gak panas"..hmmm Betul sekali..






Sampai di Goa Belanda, anak-anak tidak setegang di Goa Jepang tadi, mereka lebih tenang dan berani dari sebelumnya :)


Anak-anak belum mau pulang, mereka masih ingin melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya, ke Curug Koleang..Siapp anak-anak..Jarak yang harus ditempuh dari Goa Belanda ke Curug Koleang adalah 1 km, dan anak-anak menyatakan siap dengan penuh kesadaran :p

Baru setengah jalan anak-anak sudah mulai mengeluh, "Ibuu mana curugnya? masih jauh gak bu? aduuhh capee..."
Yeiiiyyy...kemana perginya semangat tekad bulat yang tadi? Hahaha..
Kata " sebentar lagi.." berulang kali keluar dari mulut saya ketika harus menjawab pertanyaan sama yang terus berulang sepanjang jalan.

Eka si ketua kelas yang bisa dibilang rada-rada hiperaktif mulai bosan juga nampaknya, dia menyanyi-nyanyi sendirian, dan apaa? dan lagu sunda yang bahkan saya sendiri tidak hafal dengan lagunya. hwaa..mulai kagum juga saya dengan anak anak ini, walaupun cerewet dan bisa dibilang agak usil, tetapi ketika diberi tanggung jawab menjadi ketua murid (KM) dia melaksanakan tugasnya dengan baik. Dia juga tidak malu (gengsi) menyanyikan lagu daerah disaat teman-teman seusianya mengandrungi lagu-lagu dari boyband dan girlband yang sedang menjamur saat ini.
"Kan kata Pak Johan juga kita harus mencintai kebudayaan daerah kita sendiri bu..." begitu jawabnya ketika saya tanya.. Dua Jempol buat Eka :')

Beberapa puluh menit kemudian, Plang Curug Koleang mulai terlihat..
Anak-anak sudah senang, sangat-sangat senang karena mereka sudah tidak sabar untuk bermain air.
Tapi ternyata, saya dan mereka pun kecewa, curugnya kotor - SANGAT SANGAT KOTOR - sampai dimana-mana. Aliran air curugnya pun sedang surut sehingga makin nampaklah sampah-sampah yang berserakan itu.



Anak-anak tertunduk lesu, duduk tertegun di pinggir sungai

"Sekarang kalian tau kan kenapa kalian tidak boleh membuang sampah sembarangan?"
Spontan saya berargumen seperti itu..
"Yaudah ibuu, yuu qt ambilin aja sampah"nya! gimana bu?" dinda memberikan usul yang menarik.
Mereka masih kecewa tentu saja, tapi tak ada gunanya juga hanya memandangi sampah-sampah yang berserakan di depan kami

Saya menanyakan kesediaan anak-anak lainnya, dan ternyata mereka setuju :D

Biarin deh orang-orang lain merasa aneh melihat kami, toh ini untuk kebaikan juga..biar sadar juga itu penjaga yang ada di atas, biar mereka merasa malu, jumlah mereka banyak tapi tak melakukan apa-apa.

Kami memunguti sampah dengan semangat, diiringi lagu salah satu girlband Indonesia yang saya lupa judulnya apa..gpp lah..lagunya ceria jadi bikin anak-anak semangat juga.




Sampai selesai dikumpulkan, anak-anak mulai kelelahan, saatnya untuk pulang

Perjalanan pulang selalu terasa lebih cepat, tanpa terasa kami sudah sampai lagi di pintu gerbang Tahura.

Saya ucapkan terima kasih, meminta mereka semua untuk langsung pulang dan beristirahat karena besok pagi kami harus pergi ke sekolah seperti biasa.

Pertanyaan "Nanti kita jalan-jalan kemana lagi buu??" nya dijawab nanti aja yaa..


Terima Kasih Anak-anak, semoga perjalan kali ini berkesan dan bermanfaat untuk kalian :)

Sepatu Dahlan

Satu lagi novel yang menurut saya sangat inspiratif. Sangat menyentuh, disertai untaian kata-kata indah penuh makna. Dari novel ini banyak hal yang bisa saya renungkan. Betapa selama ini saya menjadi pribadi yang ternyata kurang peka terhadap lingkungan sekitar yang memang nyata terjadi di dunia ini. Betapa hedonnya saya diantara banyaknya orang yang bahkan harus berusaha bertahan hidup sekuat tenaga. Disaat saya bisa bermain bersama teman-teman, makan, nonton, dan jalan-jalan dengan bebas, di suatu tempat yang lain ada seseorang yang bahkan harus bertahan menahan rasa laparnya dengan mengikatkan kain di perut. Disaat saya bisa merasa bosan dengan sepatu yang saya miliki, di belahan bumi lainnya ada seseorang yang bahkan butuh waktu bertahun-tahun lamanya untuk mendapatkan sepasang sepatu bekas. Astagfirullah ..

Dari novel ini juga saya belajar bahwa persahabatan sejati itu tak pernah tanpa cacat, bahwa sahabat sejati itu selalu tulus menerima apa adanya, tanpa kepura-puraan, penuh kejujuran, ketulusan, kesetiaan, tanpa pamrih. Bahwa manusia itu tak ada yang sempurna. Cela apapun yang dimiliki sahabat kita tak berarti kita lantas meninggalkannya, tetapi mendukungnya, mencerahkannya, membuatnya kuat dan tentu saja mengantarnya kembali ke arah yang benar. Bahwa dalam persahabatan semua kepahitan bisa menjadi sesuatu yang manis jika dilalui bersama-sama.

Belajar bahwa kesederhanaan pun akan terasa indah bila kita selalu bersyukur.
Belajar bahwa keinginan dan tekad yang kuat disertai doa dan usaha akan mendekatkan kita kepada impian kita.
Belajar bahwa kehilangan dalam hidup merupakan sesuatu yang pasti adanya.
Belajar bahwa hidup itu tentang berbagi: berbagi kesusahan, berbagi kesedihan, berbagi duka, berbagi bahagia, berbagi tawa, berbagi ceria.

Novel yang secara tidak langsung mengajarkan betapa pentingnya bersyukur, bersyukur, dan bersyukur.
"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya" QS. An-Nahl:18

Pekalah, Prihatinlah, Bersyukurlah  :')